Hidupku kini...

सात ini aku sedang berada dalam titik pencarian makna Saat ini sudah terasa ada keresahan jiwa antara terus mengejar impian yang belum tercapai, mengejar karier untuk kehidupan yang lebih baik, atau menikah। Namun aku akui aku bahagia dengan kehidupanku saat ini, dan aku selalu berusaha untuk mensyukuri semua ini। Aku bisa melakukan apa saja tanpa harus mempertimbangkan pendapat pasangan. Namun sampai kapan?

Jauh di lubuk hati yang terdalam aku adalah seorang wanita yang butuh pendamping hidup. “Aneh juga ya, mungkin juga terpengaruh norma dan budaya hingga mendorongku pengen cepat untuk menikah” . Aku pernah menjalin hubungan yang serius dengan pria namun cinta itu tak sampai muara. “Belum jodoh kali ya…”Lantaran keresahan jiwa ini, aku kadang dapat free terapi dari rekan-rekan kerja, hasilnya, dorongan untuk cepat menikah itu karena pengaruh norma dan budaya di masyarakat.

Tetapi, kini aku harus bisa menenangkan jiwaku, karena aku yakin setiap orang sudah ada jodohnya masing-masing, itu tinggal masalah waktu saja. Inilah masa lajang yang harus aku lalui, yang fase-fasenya memang harus dilalui hingga akhirnya menuju mahligai perkawinan. Aku harus bisa membenahi motivasi dulu hingga akhirnya mantap menuju pelaminan. Bak riak sungai, biarkan hidup mengalir apa adanya. Tentang karir. Aku memang ingin tetap berkarir, tetapi tidak melupakan kodrat sebagai wanita. Aku masih konservatif mengenai hal ini. Lelaki itu memang imam, sehebat dan sebegitu mandirinya seorang wanita, tetapi dirumah tetap bertanggungjawab sebagai ibu rumah tangga. Itu yang aku harus selalu persiapkan.

Menurutku tidak gampang menjalani peran itu. Menjadi Ibu rumah tangga adalah pekerjaan mulia, apalagi karir bisa lancar juga. Wah sangat hebat, dan untuk mencapainya tentu tidak mudah